Sebab - Sebab Kenakalan Pada Anak dan Penanggulangannya
Hari ini, insyaallah penulis ingin menuliskan sebab-sebab kenakalan yang terjadi pada anak dan bagaimana cara untuk menanggulangi kenakalan tersebut. Penulis mengambil rujukannya dari buku Tarbiyatul aulad fil islam yang ditulis oleh ulama yang cerdas yakni Dr. Abdullah Nasih Ulwan. Pada jilid pertama pada pasal 4 dijelaskan mengenai sebab-sebab kenakalan pada anak dan penanggulangannya. Dr. Abdullah Nasih Ulwan menjelaskan ada 10 sebab.
Insyallah penulis akan bahas satu persatu mengenai sebab-sebab yang mempengaruhi anak menjadi nakal dan bagaimana sih cara untuk menanggulangi bila terjadi kenakalan tersebut.
Sebab yang pertama yakni kemiskinan yang menerpa keluarga.
Kemiskinan yang dialami oleh suatu keluarga menjadi sebab pertama, hal ini dapat terjadi karena anak tiada dapat menikmati makanan dan kebutuhan hidupnya. Tidak ada orang yang dapat menunjang kebutuhan hidupnya, lingkungan tempat tinggal anak juga termasuk dalam lingkungan yang sama, karena hal itu lah anak akan memilih untuk meninggalkan rumah untuk mencari uang guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Padahal, ketika anak melakukan hal demikian, itu akan membuat anak mudah untuk dipengaruhi lingkungan tempat ia mencari uang, terlebih jika lingkungannya tidak baik, bisa mengancan anak tersebut.
Padahal, agama Islam telah memerintahkan untuk menanggulangi kemiskinan. Misalnya dengan memberikan lapangan pekerjaan, memberikan upah yang sesuai, memberikan santunan untuk membatu meringankan biaya hidup, memberikan perlindungan kepada anak yatim, piatu janda, dan orang tua jompo. Agama Islam memerintahkan hal demikian untuk memelihara kehormatan mereka, mewujudkan keinginan mereka ke arah yang baik yang mulia.
Ada kalanya dalam hal demikian perlu dorongan dari pemerintah, untuk datang dan melihat langsung kehidupan mereka, agar pemerintah mengerti dan mengetahui bagaimana persoalan tersebut dapat diatasi, dan disamping peran pemerintah. Perlu pula peran dari masyarakat tersebut, agar sadar, tidak berpangku tangan dengan keadaan demikian, dan bertekad untuk bangkit dari keterpurukan demi kesejahteraan hidup.
Sebab yang kedua yakni disharmonisasi antara bapak dan ibu.
Disharmonisasi hubungan antara ayah dan ibu. Ini menjadi sebab kedua kenakalan anak. Disharmonisasi yang terjadi antara ayah dan ibu, misalnya ketika mereka bertengkar dan anak melihat, mendengar, dan menyaksikan orang tuanya bertengkar maka anak pun mempunyai pikiran, gejolak di dalam dirinya, bahwa tiada yang dapat ia jadikan contoh untuk hidupnya. Maka anak akan cenderung untuk pergi meninggalkan rumah, untuk menghilangkan gejolak yang ada pada dirinya anak cenderung akan mencari teman yang dianggapnya nyaman, bisa berbagi keluh kesah, teman yang apabila berkumpul bersama persoalan hidupnya seakan hilang.
Padahal pada saat inilah, saat-saat yang mengkhawatirkan bagi anak tersebut. Hal buruk akan terjadi ketika teman yang dipilihnya ialah teman yang memiliki perangai yang buruk yang jauh dari norma-norma agama. Lambat laun dikhawatirkan anak akan terpengaruhi oleh perangai teman bergaulnya, anak akan mencoba hal-hal yang belum pernah ia lakukan, hal tersebut guna menghilangkan gejolak di dirinya, padahal dengan yang ia lakukan demikian akan membuatnya terjerumus ke dalam kenakalan akan jatuh kedalam akhlak dan kebiasaan yang buruk.
Dalam kitab tarbiyatul aulad fil islam dijelaskan, bahwa cara menanggulangi hal tersebut ialah dengan mencari, memilih pasangan hidup yang baik. Semua itu dimaksudkan untuk menciptakan, menjadikan keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah. Keluarga yang di dalamnya penuh dengan rasa sayang, penuh dengan rasa cinta. Maka pentinglah bagi seseorang yang sudah mampu untuk melaksanakan pernikahan, untuk mencari, memilih pasangan hidup yang baik agar terciptanya suasasa yang demikian, disamping untuk menghindari perselisihan yang biasa terjadi di dalam sebuah keluarga.
Sebab yang ketiga yakni perceraian.
Perceraian merupakan sebab ketiga yang menjadikan anak menjadi nakal. Perceraian merupakan hal yang boleh, tetapi sangat dibenci oleh Allah SWT. Ketika anak terlahir. Suami dan istri bercerai, maka akan mengakibatkan anak terlunta-lunta, ia akan kehilangan kasih sayang seorang ibu yang merawatnya, ia akan kehilangan seorang ayah yang senantiasa memenuhi kebutuhan hidupnya. Anak tidak lagi memiliki sandaran hidupnya. Sandaran hidupnya ketika ia berkeluh kesah, sandaran hidupnya ketika ia tengah gundah gulana.
Terlebih jika anak ketika orang tua bercerai hidup bersama ibu. Ibu yang ditinggalkan oleh ayah dalam keadaan yang miskin, terpaksa membuat ibu untuk bekerja, berupaya keras untuk memenuhi kebutuhannya dan anaknya, berperan dua peran sekaligus. Sebagai seorang ibu dan sebagai seorang ayah. Ini merupakan peran yang sangat berat. Resiko yang harus dihadapi jika hal tersebut terjadi ialah anak akan cenderung tanpa pengawasan, pergaulannya tidak terawasi. Bayangkan jika anak tersebut ialah perempuan yang bergaul dengan laki-laki yang dianggapnya baik padahal semata-mata lelaki itu bergaul dengannya hanya untuk mendapatkan kesenangan yang diinginkannya. Bayangkan pula, jika anak tersebut ialah laki-laki, dan anak tersebut bermain dengan teman-temannya minum-minuman keras, berjudi, dan berzina. Jika hal ini terjadi, apakah yang dapat diharapkan dari generasi muda untuk kemajuan agama Islam.
Dr. Abdullah Nasih Ulwan menjelaskan bagaimana cara menanggulangi hal demikian yakni dengan memerintahkan kepada pasangan suami istri untuk sama-sama menjalankan hak dan kewajibannya. Diantara hak dan kewajibannya yakni istri mentaati suami dengan cara yang baik, istri menjaga harta suami dan memelihara kehormatan dirinya, apabila suami ingin menggauli istri, maka istri tidak menolaknya, suami berkewajiban memberikan nafkah kepada anak-anak dan istri, apabila ada suatu permasalahan maka diadakan musyawarah, suami tidak melihat dan membicarakan kekurangan istri begitu juga sebaliknya, suami memperlakukan istrinya dengan cara yang baik, dan suami ikut berperan bersama istri di dalam pekerjaan rumah.
Itulah hak dan kewajiban suami dan istri, yang apabila di patuhi, dilaksanakan insyaallah akan tercipta keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah. Keluarga yang penuh dengan hangatnya cinta, kasih dan sayang di dalamnya.
Sebab yang keempat yakni waktu senggang yang menyita masa anak dan remaja.
Waktu senggang yang menyita masa anak dan remaja menjadi faktor keempat yang menjadi sebab kenakalan remaja. Waktu senggang/kosong yang dimiliki oleh anak dan remaja jika tidak diatur dengan menajemen yang baik maka bisa terjadi hal-hal atau kegiatan yang sama sekali tidak memiliki manfaat apapun untuk anak terlebih untuk orang lain. Lebih-lebih jika anak merasa kesulitan disaat ingin bermain misal, maka anak akan mencari aktivitas-aktivitas lainnya, maka bukan tidak mungkin akan terjadi interaksi atau komunikasi dengan teman yang dianggapnya baik, padahal teman yang tidak baik. Jika hal ini terjadi maka dapat membawa anak ke hal-hal yang tidak baik.
Dijelaskan di dalam kitab tarbiyatul aulad fil Islam, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda : “(Berlatihlah) memanah dan menunggang kuda. (Tetapi), memanah itu lebih aku sukai daripada menunggang kuda” (H.R. An-Nasa’i dan At-Tirmidzi).
Masih banyak petunjuk-petunjuk yang diarahkan oleh Nabi teruntuk orang tua di dalam mendidik anaknya. Jika orang tua, menerapkan pendidikan yang diperintahkan oleh Agama Islam, maka waktu senggang yang ada dapat dimanfaatkan oleh anak dengan hal-hal yang positif yang bermanfaat untuk dirinya, dan akhirnya anak terhindar dari hal-hal yang negatif yang diakibatkan karena tidak mampu mengatur waktu senggang dengan baik.
Sebab yang kelima yakni pergaulan negatif dan teman yang jahat.
Salah satu sebab yang menjadikan anak menjadi nakal ialah pergaulan negatif dengan teman-teman yang jahat atau tidak baik. Pergaulan menjadi faktor yang besar pengaruhnya untuk anak. Terlebih jika aqidah anak masih lemah maka anak akan mudah terombang ambing, begitupun dengan sifat/tabiatnya akan cepat terpengaruh dengan temannya. Maka tidak heran jika nantinya anak akan terbiasa melakukan perbuatan-perbuatan keji, seperti berbohong, mencuri, berjudi, bahkan bisa memperkosa atau membunuh. Jika sudah terjadi hal demikian, maka akan sulit untuk mendidik anak dan mengarahkannya ke jalan yang benar/baik yang diridhai oleh Allah SWT.
Allah SWT berfirman : “Dan (ingatlah) hari (ketika) orang yang dzalim menggigit kedua tangannya, seraya berkata aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku, ketika aku sewaktu itu tidak menjadikan si Fulan itu sebagai temak akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al-Qur’an ketika Al-Qur’an itu telah datang kepadaku. Dan adalah setan itu tidak mau menolong manusia. (Q.S.Al-Furqan:27-29).
Nabi Muhammad SAW bersabda: “Seseorang itu akan terpengaruh agama temannya. Oleh karena itu, hendaklah salah seorang diantara kamu memperhatikan siapa temannya itu. (H.R.At-Tirmidzi).
“Jauhilah olehmu teman yang buruk. Karena sesungguhnya engkau akan dikenal dengan (keburukan). (H.R.Ibnu Asakir).
Jika petunjuk-petunjuk yang mulia ini dapat diterapkan oleh pendidik baik itu orang tua di rumah, maupun guru di sekolah, maka insyaallah akhlak, perilaku, sifat anak akan mulia, sehingga anak akan mampu memberikan kebanggaan baik untuk orang tua, bangsa maupun agama.
Sebab yang keenam yakni buruknya perlakuan orang tua terhadap anak.
Sebab selanjutnya yang menyebabkan perilaku anak menjadi nakal ialah buruknya perlakuan orang tua. Orang tua yang memperlakukan anaknya dengan perlakuan yang buruk, misalnya dengan memukul tanpa alasan, berkata-kata kasar, dan lain sebagainya memiliki dampak negatif baik fisik maupun psikis terhadap anak. Perlakuan tersebut lambat laun akan mempengaruhi anak, menjadikan anak lebih berani terhadap orang tua, timbul dalam dirinya rasa sesal yang menggelora, bahkan bukan tidak mungkin anak dapat meninggalkan rumah demi menyelamatkan dirinya dari siksa orang tua, lebih buruk lagi anak dapat membunuh orang tuanya.
Agama Islam mengajarkan kepada pengikutnya terutama dalam hal ini orang tua dan anak untuk dapat berlaku baik, memiliki akhlak yang baik, menahan amarah, bersikap lemah lembut, agar orang tua dapat mendidik anaknya untuk berbakti kepadanya.
Allah SWT berfirman : “Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu”. (Q.S.Ali-Imran:159).
Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya Allah menyukai kelemah-lembutan di dalam segala hal”.
Itulah salah satu petunjuk yang mudah-mudahan dapat dilaksanakan terutama untuk orang tua agar dapat mendidik anaknya dengan pendidikan yang baik, sehingga anak dapat mewarisi pendidikan luhur yang telah diajarkan oleh orang tuanya.
Sebab yang ketujuh yakni film – film sadis dan porno.
Sebab berikutnya yang menjadikan perilaku anak menjadi nakal ialah film-film sadis dan porno. Film-film sadis dan porno yang dilihat, ditonton oleh anak dapat mempengaruhi anak. Apa yang anak tonton akan terekam dalam memori ingatan jangka panjangnya, hal inilah yang berbahaya dan dapat merusak anak tersebut. Bayangkan saja jika anak menonton film-film yang sadis, kejam, itu akan terekam dalam ingatannya dan bukan tidak mungkin anak akan mencoba untuk memperagakan apa yang telah di tontonnya. Dan juga apabila anak menonton film-film dewasa, konten-konten dalam film tersebut dapat mendorong hormon dalam diri anak sehingga anak akan memiliki rasa ingin untuk melakukan seperti apa yang telah ia tonton.
Maka tidak heranlah. Jika, banyak berita-berita yang ditayangkan baik di televisi maupun di surat-surat kabar yang memberitahukan tentang, pembunuhan, mutilasi bahkan tindak pemerkosaan yang dilakukan oleh anak-anak. Jika sudah demikian maka apa yang dapat diharapkan dari anak.
Agama Islam telah memerintahkan kepada orang tua untuk mengarahkan dan mengawasi anak-anaknya.
Allah SWT berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, perihalarah dirimu dan keluargamu dari api neraka”. (Q.S.At-Tahrim:6).
Mudah-mudahan orang tua sebagai pendidik langsung dan utama untuk anak dapat mengawasi anak-anaknya dari bahaya menonton film-film sadis dan porno.
Sebab yang kedelapan yakni pengangguran di dalam masyarakat.
Sebab kedelapan yang membuat anak memiliki perangai yang buruk ialah pengangguran di dalam masyarakat. Pengangguran di dalam maayarakat bisa menimbulkan pengaruh yang negatif untuk anak. Misalnya, ada seorang bapak yang mempunyai istri dan anak, akan tetapi ia sulit untuk menemukan pekerjaan yang dapat digunakannya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Hal tersebut dapat berpengaruh untuk keluarganya, keluarganya menjadi terlunta-lunta, meminta-minta anak-anak cenderung menjurus ke kenakalan. Bahkan bisa lebih buruk jika keluarga tersebut malah mencari uang dengan pekerjaan yang haram, seperti mencuri, merampas, merampok dan lain-lain.
Untuk mengatasi pengangguran karena sulitnya mencari pekerjaan ada dua bentuk pencegahan : 1). Negara membuka lapangan pekerjaan, 2). Masyarakat membantu membuka lapangan pekerjaan.
Untuk mengatasi pengangguran karena disebabkan rasa malas untuk tidak mau bekerja, sedangkan kemampuan untuk bekerja itu ada maka pemerintah perlu memberikan penyuluhan kepadanya.
Sayyidina Umar bin Khattab R.A berkata : “Janganlah salah seorang dari kamu duduk berpangku tangan tidak mau mencari rezeki dan hanya berkata, ‘Ya Alloh, berilah aku rezeki’, sedangkan ia mengetahui bahwa langit itu tidak akan menurunkan hujan dan emas”.
Sebab yang kesembilan yakni keteledoran orang tua terhadap pendidikan anak.
Sebab selanjutnya yang menyebabkan anak menjadi nakal ialah keteledoran orang tua terhadap pendidikan anak. Orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya dan menghiraukan anaknya maka apa yang dapat diharapkan dari anaknya. Orang tua bertanggung jawab terhadap pendidikan anaknya. Misalnya seorang ibu, tengoklah sebuah syair yang yang dituliskan oleh seorang penyair yang cerdas : “Ibu adalah seseorang, yang apabila kamu mempersiapkannya, berarti engkau telah mempersiapkan suatu bangsa yang mempunyai akar-akar yang baik”.
Sangat miris apabila menyaksikan ada orang tua yang lepas tangan terhadap kewajiban untuk anaknya. Maka menurut penulis benar apa yang dikatakan oleh seoarang penyair : “Bukanlah anak yatim itu adalah anak yang kedua orang tuanya telah selesai menanggung derita hidup (mati) dan meninggalkannya sebagai anak yang hina. Tetapi anak yatim itu adalah anak yang mendapatkan seorang ibu yang menelantarkannya atau seorang ayah yang sibuk tidak menghiraukannya”.
Rasulullah SAW bersabda : “Seorang laki-laki itu adalah pengembala (pemimpin) di dalam keluarganya dan ia bertanggung jawab terhadap gembalaannya (yang dipimpinnya). Dan seorang wanita adalah pengembala (pemimpin) di dalam rumah suaminya dan ia bertanggung jawab terhadap gembalaannya (yang dipimpinnya). (H.R. Bukhari dan Muslim)
“Didiklah anak-anak kamu dengan pendidikan yang baik. (H.R.Ibnu Majah).
Dari perintah-perintah yang telah disebutkan diatas, mudah-mudahan orang tua dapat memperhatikan pendidikan untuk anaknya, agar anak-anak dapat memiliki sifat yang luhur, akhlak yang baik dan menjadi anak kebanggaan orang tua, agama, nusa dan bangsa.
Dan yang terakhir yakni bencana keyatiman.
Faktor terakhir yang menjadi sebab kenakalan anak ialah bencana keyatiman. Anak yatim, anak yang ditinggalkan (mati) ayahnya, jika tidak mendapatkan seseorang yang mengasihaninya, menyayanginya, mengangkat derajatnya dan menutupi kebutuhannya maka secara perlahan-lahan anak akan mengarah kepada tindak kenakalan, bahkan kejahatan.
Agama Islam memerintahkan kepada wali dan orang yang mengurusi anak yatim untuk berlaku baik terhadap mereka, bertanggung jawab dan mengawasinya.
Allah SWT berfirman : “Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakanlah mengurus urusan mereka secara patut dan baik, dan jika kamu bergaul dengan mereka, maka mereka adalah saudaramu”. (Q.S.Al-Baqarah:220).
“Adapun terhadap anak yatim, maka janganlah kamu berlaku sewenang-wemang”. (Q.S.Ad-Dhuha:9).
Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang meletakkan tangannya diatas kepala seorang anak yatim dengan penuh kasih sayang, maka Allah akan menuliskan satu kebaikan bagi setiap rambut yang dilalui oleh tangannya. (H.R.Ahmad dan Ibnu Hibban).
Masih banyak lagi perintah Allah SWT dan petunjuk Nabi Muhammad SAW yang menunjukkan bahwa memelihara anak yatim itu hukumnya wajib baik bagi kerabat dekat maupun kerabat jauh. Jika mereka dalam keadaan fakir miskin, lemah. Maka wajib bagi negara untuk memberikan pendidikan dan santunan kepadanya.
Itulah sepuluh sebab-sebab kenakalan pada anak dan remaja yang penulis dapat jelaskan dari karya seorang ulama yang cerdas Dr. Abdullah Nasih Ulwan dalam kitab tarbiyatul aulad fil Islam yang telah diterjemahkan oleh Drs Jamaluddin Miri, Lc. Mudah-mudahan penulis maupun pembaca dapat mengamalkan apa yang telah dijelaskan di atas, dan apa yang telah dijelaskan menjadi ilmu yang bermanfaat dan berkah untuk kita semua.
Aamiin ya rabbal ‘alamiin...
Comments
Post a Comment