Skip to main content

Materi SKI Kelas XI Semester 2

Bab 5
Proses Lahirnya dan Fase-Fase Pemerintahan Bani Abbasiyah
Proses Lahirnya Abbasiyah
Lahirnya Bani Abbasiyah tahun 750 M, adalah peran besar dari keturunan Hasyim yang bernama Abu Abbas. Nama Abbasiyah yang dipakai untuk nama bani ini adalah di ambil dari nama bapak pendiri Abbasiyah yaitu Abas bin Abdul Mutalib paman Nabi Muhammad Saw. Proses lahirnya Abbasiyah di mulai dari kemenangan Abu Abbas assafah dalam sebuah perang terbuka (al-Zab) melawan khalifah Bani Umayyah yang terakhir yaitu Marwan bin Muhammad. Abu Abbas diberi gelar assafah karena dia pemberani dan dia mampu memainkan mata pedangnya kepada lawan politiknya. Semua lawan politiknya di perangi dan di kejar-kejar, diusir keluar dari wilayah kekuasaan Abbasiyah yang baru yang baru direbut dari Bani Umayyah I.
Berdirinya Bani Abbasiyah tahun 750 M berarti secara formal semua wilayah kekuasaan Islam berada di bawah pemerintaan Abbasiyah termasuk semua bekas wilayah Bani Umayyah I kecuali wilayah Bani Umayyah yang ada di Andaluia.
Proses pengembangan peradaban yang dibangun oleh Bani Abbasiyah begitu cepat membawa perubahan besar bagi perkembangan peradaban ilmu pengetahuan selanjutnya. Bediri Bani Abbasiyah selama 505 tahun diperintah oleh 37 khalifah dengan mampu menciptakan peradaban yang menjadi kiblat dunia pada saat itu, peradaban yang dikenang sepanjang masa. Pada waktu itu suasana belajar kondusif, fasilitas belajar disediakan pemerintah dengan lengkap. Motivasi belajar menjadi penyogok gairahnya masyarakat untuk belajar. Mereka myarakat mendatangi tempat-tempat belajar seperti kuttab, madrasah maupun perguruan tinggi seperti universitas. Universitas yang terkenal pada saat itu adalah Nizamiyah yang dibangun oleh perdana menteri Nizamul Muluk dari khalifah Harun al- Rasyid. Khalifah Harun al-Rasyid terkenal sebagai khalifah yang sangat cinta pada ilmu pengetahuan, baik belajar maupun dalam hal membangun fasilitas belajar seperti; sekolah, perpustakaan, menyediakan guru dan membentuk gerakan terjemahan.
Abu Abbas assafah sebagai pendiri Bani Abbasiyah masa kepemimpnannya sangat singkat, hanya 4 tahun beliau memerintah akan tetapi mampu menciptkan suasana dan kondisi Abbasiyah yang seteril dari keturunan Bani Umayyah sebagai lawan politik yang baru di kalahkan dan dikuasainya. Sikap tegas dan berani yang ditunjukkan oleh Khalifah Abu Abas Assafah ketika membuat kebijakan pada saat berdirinya Bani Abbasiyah dengan berani memberantas semua keturunan Umayyah dari wilayah yang dikuasainya. Dampak dari kebijakan tersebut dapat dilihat dari suasana pusat wilayah Abbasiyah yang baru menjadi kondusif dan perkembangan peradaban dapat dikendalikan oleh Khalifah Abu Abbas Assafah.
Keberhasilan Abu Abbas menaklukkan daulah Umayyah I ternyata mendapat dukungan besar dari tantara bayaran yang sengaja di datangkan oleh Abu Abbas, seperti Abu Muslim al-Khurasany. Abu Muslim adalah relawan berkebangsaan Persia yang sengaja disewa oleh keluarga Abbasiyah untuk membantu menaklukkkan kekuasaan Bani Umayyah I.

Fase-Fase Pemerintahan Bani Abbasiyah
Pemerintahan Bani Abbasiyah yang berlangsung selama 505 tahu diperintah Oleh 14 Khalifah dapat diklasifikasi menjadi 5 fase pemerintahan:
Fase pembentukan tahun 750 M – 847 M / 132 H – 232 H
Disebut pengaruh Persia pertama yaitu berlanjut dari kekuasaan khalifah pertama Abu Abbas assafah tahun 750 M =132 H sampai khalifah ke 9 (al Wastsiq ) tahun 847 M = 232 H. Abu Abbas assafah dan Abu Ja’far al-Mansur khalifah pertama dan kedua di sebut sebagai peletak pondasi yang kuat. Abu Abbas dengan sikap tegas dan beraninya mampu mengusir paksa semua bekas keturunan Muawiyah dari wilayah yang baru direbutnya dari kekuasaan Bani Umayyah, sehingga wilayah Islam Abbasiyah pada saat itu menjadi aman dan kondusif. Sedangkan khalifah Abu Ja’far al-Mansur dikenal sebagai penerus kebijakan khalifah pertama dengan merintis berdirinya, baitul hikmah (pepustakaan). Abu Ja’far juga yang membuat kebijakan memindahkan ibu kota Abbasiyah dari Damaskus ke wilayah yang lebih luas dan jauh dari pengaruh Bani Umayyah I yaitu Baghdad di wilayah Persia.
Khalifah Harun al-Rasyid, khlifahah ke-5 membangun peradaban ilmu pengetahuan dengan menyediakan berbagai fasilitas pendidikan bagi masyarakat luas, mahasiswa, ulama atau para para pencinta ilmu pegetahuan. Harun al-Rasyid membangun lembaga-lembaga pendidikan seperti kuttab, madrasah dan perguruan tinggi seperti Universitas Nizamiah, Universitas Naisabur dan lain sebagainya. Mahasiswa, Ulama, Guru dan pemerhati ilmu pengetahuan yang ingin talabul ilmi (belajar) dibayar oleh pemerintah dan disediakan tempat penginapan di dalam Baitul Hikmah yang dibangun dengan diameter yang sangat luas. Tercatat ada 3 khalifah yang berkuasa pada masa puncak dan kegemilangan peradaban Islam ini. Pada masa ini para pencari ilmu dari Eropa datang dari wilayah Inggris dan Prancis untuk thalabul ilmi dari Islam, mereka datang ke Andalusia, seperti di Toledo University, Sevilla Unversity, Granada University dan Kordova University. Di Abbasiyah mereka datangi Nizamiyah University, Sammara University, Naisabury University.
Mereka para pelajar dari Eropa itu belajar sambil mengamati suasana perkembangan ilmu pengetahuan seperti penulisan ilmu pengetahuan oleh ulama-ulama Islam, dan lembaga-lembaga ilmu pengetahuan terutama baitul hikmah yang didirikan hampir di semuah kota-kota kekuasaan Abbasiyah. Selesai dari belajar di kota-kota Islam mereka kemudian mengembangakan ilmu dan pengalaman belajar di kota-kota Islam dengan mendirikan lembaga pengajian yang diberi nama House of Wisdom di Inggris dan Prancis.
Kegiatan belajar yang menonjol lainnnya adalah penerjemahan bukubuku filsafat Yunani dan buku-buku asing, dengan cara menyewa para ahliahli bahasa yang beragama Kristen dan penganut agama lainnya. Fase ini juga dikembangkan oleh khalifah Harun al-Rasyid sebagai wujud kepedulian sosial Bani Abbasiyah . Rumah sakit, lembaga pendidikan dokter dan farmasi didirikan. Di kota Bagdad pada saat itu telah tersedia paling sedikit 800 orang dokterdi. Permandian-permandian umum juga dibangun sebagai sarana umum di sediakan bagi masyarakat yang kurang mampu untuk mempergunakan fasiitas-fasilitas tersebut secara bebas.
Fase ini disebut dengan pengaruh Persia karena beberapa khalifah yang berkuasa berkebangsaan Persia, sepeti al-Amin dan al-Makmum putra dari Harun al-Rasyid ibunya orang Persia dan beberapa khalifah lainnnya. Meskipun pada fase ini khalifah al-Muktasim mulai memberi peluang kepda bangsa Turki untuk berkiprah dalam pemerintahan Abbasiyah sebagai tentara pengawal khalifah dan pengawal istana.
Fase kedua tahun 232 H – 334 H / 847 M – 945 M
Fase kedua ini dikenal dengan pengaruh kekuasaan Turki pertama. Fase ini dimulai dari khalifah ke sepuluh al-Mutawakkil. Pada fase ini perkembangan peradaban masih bisa berkembang akan tetapi tidak sepesat seperti fase sebelumnya. Peradaban ilmu dan peradaban lainnya, seperti membangun istana, mesjid, dan kota masih tetap berjalan baik. Baru pada ahir abad ke-9 pada saat terjadi disintegrasi atau pecahnya kekuasaan Islam menjadi wilayah-wilayah kecil yang lepas dan merdeka dari pemerintahan Abbasiyah sebagai pusat pemerintahan Islam, pada waktu itu proses pengembangan peradaban mulai menurun, tetapi para pelajar dari Eropa masih berbondong-bondong belajar di pusat-pusat peradaban, baik di Bagdad maupun di kota-kota di Andalusia. Dalam hitungan para pakar sejarah, bahwa masa ini masih masuk dalam masa kejayaan peradaban Islam. Fase ini banyak pembesar istana berasal dari bangsa Turki, terutama yang bekerja sebabai pengawal istana dan pengawal khalifah.
Fase ketiga tahun 334 H – 447 H / 945 M – 1055 M
Fase pengaruh dinasti Buwaihi atau disebut juga pengaruh Persia fase ini dikenal dengan masa disintegrasi di kekuasaan dinasti Abbasiyah dan Muluk Tawaif di dinasti Umayyah II Andalusia. Wilayah-wilayah jauh Abbasiyah seperti di Afrika Utara, dan di India minta merdeka dari Abbasiyah. Tuluniyah dan Fatimiyah di Mesir, serta Idrisi di Maroko dan Sabaktakim di India mengumumkan merdeka dan lepas dari kekuasaan Pusat Abbasiyah. Pada fase ini perkembangan ilmu masih berjalan meskipun sudah menurun. Mahasiswa dari Eropa tetap masih belajar di pusat pusat peradanIslam baik Di Bagdad maupun di Andalusia masih di ramaikan dengan kegiatan belajar mengajar. Karya-karya monumental dari Muhammad al-khawarizmi, al-gibra, al-jabar dalam bidang matematika dan logaritma serta karya ad Dawa, al-Qonun il Tbb, asy syifa dari ilmuan Umayyah Andalusia seperti Ibnu Sina, Ibnu Zuhr mash menjadi idola para pelajar Eropa untuk mempelajarinya.
Fase keempat tahun 447 H – 590 H / 1055 M – 1194 M
Dalam sejarah fase keempat ini disebut dengan fase kekuasaan bani Saljuk atau dalam sejarah sering juga disebut juga dengan nama fase pengaruh Turki kedua. Kegiatan ilmu pengetahuan masih berjalan seperti yang dikebangkan oleh Bani Abbasiyah dan Umayyah di Andalusia, meskipun bersifat konserfatif atau berjalan di tempat. Di wilayah Islam seperti Mesir telah berkobar perang salib mengahadapi kaum nasrani yang berlansung selama 2 abad. Menarik untuk dicermati dalam sejarah bahwa, orang-orang Nasrani pada waktu itu selain berperang dengan umat Islam dalam perang salib, mereka juga belajar di universitas-universitas Islam yang masih bertahan dengan proses belajar mengajar.
Fase kelima tahun 590 H – 656 H / 1194 M – 1258 M
Fase ini dikenal dalam sejarah perkembangan Islam sebagai fase lemah sampai fase hancurnya kekuasaan Islam Abbasiyah. Setelah terjadi disintegrasi dan perang salib dalam wilayah Islam, maka kekuasaan Islam Abbasiyah di Bagdad maupun kekuasaan Umayyah II di Andalusia semakin menurun. Bahkan pada tahun 1258 M Abbasiyah diserang dan dibombarbir oleh kekuasaan Mongol dengan membakar sekian ilmu pengetahuan serta membakar mati para ilmuan Islam Abbasiyah dengan cara membakar perpustakaan, sekolahsekolah serta membakar fasilitas-fasilitas umum Serta pusat Peradaban Islam yang ada di wilayah Andalusia diserang dan dihancurkan oleh dua kerajaan nasrani Aragon dan Castelia, maka lengkaplah kehancuran Islam pada fase ini. Kondis peradaban islam di Bagdad pada saat itu hancur lebur, dua sungai yang besar yang membela kota Bagdad, Trigis dan Euphart hitam beberapa bulan lantara dibuangnya abu pembakaran peradaban itu ke dua sungai terebut. Setelah kejadian tragis itu maka kekuasaan Islam yang selama 5 Aabad lebih membangun peradaban dengan susah payah, telah takluk dan hancur binasa, suramlah peradaban Islam, lesuhlah wajah peradaban Islam dan berahirlah kegemerlapan peradaban Islam.























Bab 6
Khalifah-Khalifah Abbasiyah Yang Terkenal dan Kebijakan Pemerintahan Abbasiyah
Khalifah-Khalifah Abbasiyah yang Terkenal
Perkembangan peradaban Islam mengalami puncak kejayaannya pada masa Abbasiyah. Keadaan itu terjadi karena peran para Khalifah dan kebijakan yang mereka tetapkan. Khalifah yang membuat kebijakan dan menjadi khalifah pertama melaksanaan kebijakan tersebut adalah Khalifah Harun al-Rasyid dan putranya al-Makmun. Mereka berdua adalah pembuat kebjikan tentang kewajiban talabul ilmi dan mereka sangat cinta ilmu.

     
Khalidah-Khalifah Abbasiyah yang Terkenal
Dari 37 khalifah Abbasiyah yang memerintah terdapat beberapa khalifah yang terkenal diantaranya:
Abu Ja’far Al-Mansyur
Beliau dikenal sebagai khalifah yang cerdas dan tegas. Dialah yang menetapkan tujuh kebijakan khalifah yang menjadi pedoman pemerintahan Bani Abbasiyah. Tujuh kebijakan ini dianalisa oleh para ahli sejarah mampu menjadi penyokong, pendorong dan memberi motivasi besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan di Bani Abbasiyah. Pada masa pemerintahan Abu Ja’far kerajaan besar di selat Bosporus dapat ditaklukan oleh pasukan Islam dan Ratu Irene sebagai penguasa wilayah itu takluk dan membayar upeti yang banyak pada Abu Ja’far al-Mansur. Ratu Irene harus membayar mahal pada kekalahannya tersebut. Ratu harus menjual beberapa gereja hanya untuk mendapatkan emas untuk bayar kepada khalifah Abu Ja’far.Ulama besar Ibnu Tabatiba menceritakan kehidupan al-Mansur adalah, "al Mansur seoang raja yang agung, tegas dan bijaksana, alim, berfikir cerdas pemerintahannya rapi, amat disegani oleh rakyat dan baik budi pekertnya, Ibnu Tabatabi mengutip kata-kata Yazid bin Umara bin Hubairah mengenai al-Mansur: aku tidak pernah menjumpai seorang laki-laki di masa perang atau damai yang siap siaga, lebih bijak dan sadar dari pada al-Mansur".
Harun Al-Rasyid
Lahir di kota kecil Raiyi pada tahun 145 H = 767 M. Ibunya seorang hamba. Ayahandanya adalah al-Mahdi khalifah ketiga Abbasiyah yang memerintah selama 10 tahun. Harun adalah seorang khalifah yang paling dihormati, alim dan sangat dimuliakan sepanjang usia menjadi khalifah. Pada waktu melaksanakan ibadah haji, beliau bersembahyang seratus rakaat setiap hari dan pergi menunaikan ibadah haji dengan berjalan kaki. Semua perbuatannya terutama di dalam bershadaqah sama dengan al-Mansur, beliau sangat rahim dan pemurah berhubungan dengan harta benda yang dimilikinya. Pemerintahan khalifah Harun al-Rasyid adalah puncak keemasan Bani Abbasiyah. Kota Bagdad sebagai ibu kota negara telah mencapai puncak kejayaannya pada masa itu. Bukan khalifah saja yang mendapatkan limpahan harta kekayaan dari kejayaan itu, akan tetapi semua pembesar istana sepeti pegawai-pegawai pemerintah, panglima-panglima tentara dan para pekerja istana lainnya. Di dalam kota Baghdad di bangun taman-taman kota yang indah, saluran–saluran air yang lancar.
Al-Makmun
Khalifah al-Makmum berkuasa tahun 198H-218H, dia dilahirkan dari seorang ibu hamba sahaya bernama Marajil. Dia dilahirkan enam bulan lebih dahulu dari saudara sebapak al-Amin. Sifat –sifat beliau yang sangat menonjol diantaranya pemaaf, beliau memaafkan peberontak Fadhli bin ar Rabi’yah yang telah menghasut komplotan penjahat menentang dirinya. Beliau juga memaafkan Ibrahim bin al-Mahdi yang telah melantik dirinya sebagai khalifah di Bagdad pada waktu itu khalifah al-Mamum sedang di luar di kota Bagdad. Walaupun saudara-saudara al-Makmum menghendaki Ibrahim dibunuh akan tetapi khalifah al-Makmum tetap berisikeras untuk memaafkan Ibrahim. Khalifah al-Makmum termasuk khalifah yang memerintah pada saat masa keemasan Abbasiyah, beliau juga seorang pencinta ilmu dan pemerhati masalah sosial seperti bapaknya Harun al-Rasyid.
Al-Muktasim
Nama aslinya adalah Abu Ishak Muhammad al-Muktasim lahir tahun 187 H dan memerinah tahun 467 -487 M, beliau dibesarkan dalam suasana ketentaraan. Pada masa khalifah al-Makmum pendahulunya. al-Muktasim merupakan tangan kanannya untuk menyelesaikan kesulitan dan memimpin peperangan. Karena sikap keberanian dan tegas itulah maka khalifah al- Makmum (kakaknya) melantiknya sebagai putra mahkota. al-Muktasim menjadi khalifah setelah kakaknya al-Makmum wafat. Al-Muktasim memerintah pada masa Abbasiyah masih mengalami kejayaan peradaban ilmu pengetahuan, beliau juga terkenal sebagai pecinta ilmu dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Kebijakan Khalifah Bani Abbasiyah
 Memindahkan pusat kekuasaan Bani Abbasiyah dari Hasyimiyah ke Bagdad
Kota Bagdad sebagai pusat kekuasaan Abbasiyah di buka menjadi kota terbuka untuk semua peradaban dari berbagai bangsa masuk. Hal ini dilakuan oleh para khalifah melihat pengalaman pola pengembanga budaya dan ilmu masa Bani Umayyah yang bersifat arab oriented, akibatnya adalah budaya dan ilmu pengetahuan menjadi lambat berkembang.
Ilmu pngetahuan dipandang sabagai suatu yang sangat mulia dan berharga. Para khalifah adalah orang-orang yang sangat mencintai ilmu dan membuka kesempatan ilmu pengetahuan seluas-luasnya.
Rakyat diberi beban berfikir serta memperoleh hak asasinya dalam segala bidang, seperti; aqidah, ibadah, filsafat, dan ilmu pengetahuan.
Para menteri keturunan Persia di beri hak penuh untuk menjalankan pemerintahan sehingga mereka memegang peranan penting dalam memajukan kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
Berkat usaha khalifah Abbasiyah yang sungguh-sungguh dalam membangun ekonomi Islam, pemerintah Abbasiyah memiliki perbendaharaan harta yang cukup melimpah di baitu maal hasil rampasan perang dari kemenangan perang.
Dalam pengembangan ilmu pengetahuan para khalifah banyak yang mendukug perkembangan ilmu pengetahuan, sehingga banyak buku-buku yang dikarang oleh ilmuan dalam lembaga-lembaga ilmu pengetahuan yang dibangun untuk memfasilitasi kegiatan masyarakat dalam menimbah ilmu pengetahuan.





























Bab 7
Proses Pekembangan Ilmu Pengetahuan Masa Bani Abbasiyah
Suasana Tumbuhnya Peradaban Ilmu Pengetahuan Masa Abbasiyah
Suasana tumbuhnya peradaban di Abbasiyah terjadi setelah perluasan wilayah secara besar-besaran. Faktor yang paling dominan mendorong suasana itu adalah kebijakan dari Khalifah Abu Ja’far, bahwa yang menjadi khalifah haru orang yang mencintai dan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan. Suasana keilmuan memang diciptakan oleh khalifah dengan menyediakan segala fasilitas penunjang, lembaga pendidikan dan pepustakaan dibangun, tempat-tempat istirahat dan mukim disediakan oleh siapa saja yang mau belajar ilmu pengetahuan. Ulama dari berbagai disiplin ilmu didatangkan untuk mengajari orang-orang Islam yang belajar.

Bentuk Peradaban Hasil Riset Dari Para Ahli dan Tokoh-Tokohnya
Filsafat
Al-Kindi (194-260 H = 809 – 873 M) buku karanganya sebanyak 236 judul.
Al-Farabi, karyanya sebanyak 12 buah
Ibnu Bajah (beliau wafat tahun 523 H)
Ibnu Thufail (wafat tahun 581 H)
Ibnu Shina (370–428 H)
Al-Ghazali (450–505 H=1058–1101 M) 
Ibnu Rusyd (520 – 595 H =1126 – 1198 M) 
Kedokteran
Beberapa perguruan tinggi kedokteran yang cukup terkenal berada di kota :
Yunde Shapur (Iran)
 Harran (Syiria)
 Baghdad
Para dokter dan ahli kedokteran yang terkenal antara lain :
Jabir Bin Hayyan (wafat tahun 161 H = 778 M), beliau dianggap sebagai bapak ilmu kimai, buku karangannya sebanyak 500 judul.
Hunain Bin Ishaq (194 – 264 H = 810 -878 M), beliau seorang ahli mata
yang terkenal dan banyak menterjemahkan buku-buku bahasa asing.
Thabib bin Qurra (221 – 228 H = 836 – 901 M)
Ar-Razi atau Razes (251 – 313 H = 809 – 873 M), karangannya yang terkenal adalah bidang penyakit campak dan cacar yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin.
Matematika
Diantara ahli matematika yaitu :
Umar Al-Farukhan beliau seorang Insinyur arsitek pembangunan kota Baghdad.
Al-Khawarizmi, pengarang kitab Al-Gebra (Al-Jabar), beliau juga penemu angka 0 (nol), sedang angka 1 sampai 9 berasal dari Hindia yang dikembangkan oleh Islam. Sehingga angka 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 0 disebut angka Arab dan setelah disempurnakan lagi oleh orang Latin kemudian disebut angka Latin.
Banu Nusa (3 anak Syakir Musa), mereka menulis banyak buku dan ilmu ukur.
Astronomi
Para ahli ilmu astronomi yang terkenal adalah.
Al-Fazari pencipta Astrolube yaitu alat pengukur tinggi dan jarak bintang
Al-Battani atau Al-Betagnius
Abdul Wafak menemukan jalan ke-3 dari bulan (jalan ke-1 dan ke-2 ditemukan oleh orang Yunani)
Al-Farghoni atau Al-Fragenius
Seni Ukir
Beberapa seniman ukir yang terkenal yaitu Badr dan Tariff sekitar tahun 961 – 976 M, pada saat itu juga terdapat sekolah khusus seni ukir di Kairo yang bernama Sekolah Kairo
Bahasa dan Sastra :
Abu Nawas (145-198 H) nama aslinya adalah Hasan bin Hani
Abu Tamam (wafat 232 H) nama aslinya adalah Habib bin Auwas atb-Tba’i
Dabal al-khuza’I (wafat 246 H) nama aslinya adalah Da’bal bin Ali Razin dari Khuza’ab. Penyair besar yang berwatak kritis.
Ibnu Rumy (221-283 H). nama aslinya adalah Abu Hasan Ali bin Abbas. Penyair yang berani menciptakan tema-tema baru
Al-Matanabby (303-354 H) nama aslinya adalah Abu Thayib Ahmad bin Husin al-Kuft penyair istana yang haus hadiah, pemuja yang paling handal.

Pusat-Pusat Peradaban Masa Bani Abbasiyah
Baghdad
Kota Baghdad dibangun oleh khalifah ke-2 al-Mansur tahun 136 H. Tujuan al-Mansur membangun kota ini ialah untuk seteril dari kelompok syiah maupun kelompok Bani Umayyah yang baru saja dikalahkan. Letaknya di tebing sungai Dajlah. Dari sungai ini jalannya trasportasi barang dari India, Sind, Cina, Bashra, Ahwaz, Wasit, Mausil, Diar Bakar dan Diar Rabi’ah. Baghdad dibangun oleh 1000 pekerja dari seluruh wilayah Islam diawasi oleh arsitek ahli dari eropa yang dibayaar dengan harga mahal oleh Khalifah al- Mansur. Di dalam kota Baghdad dibangun berbagai peradaban seperti istana, masjid, madrasah, kuttab dan perpustakaan, darul khaliah atau perkampungan khalifah dan fasilitas lainnya. Pada masa Harun al- Rasyid kota Baghdad dibangun menjadi lebih sempurna, dengan fasilitas pendidikan, diantaranya berdiri Universitas Nizamiyah dan Perpustakaan Baitul Hikmah, dilengkapi dengan fasilitas belajar yang lengkap. Pada ahirnya kota Baghdad menjadi kota yang makmur, maju dan kaya dengan tamadun, ilmu pengetahuan dan kebaikan serta mendapat perhatian seluruh kaum muslimin dan terkenal di seluruh dunia. Selanjutnya banyak mahasiswa dari berbagai penjuru dunia datang untuk belajar di kota Baghdad.
Samarra
Diriwayakan bahwa, asal kata samarra dari bahasa arab yang artinya siapa yang melihat pasti senang. Kota ini dibangun di timur sungai Dajlah, sejauh seratus kilometer dari kota Baghdad. Asalnya dibangun oleh Harun dari sebuah kota tua, khalifah Harun menggali sebuah sungai yang dekat dengan istana namanya Taqul. Selanjutnya Khalifah al-Muktasim juga telah membangun sebuah istana yang dihadiahkan kepada Permaisurinya. Kota itu di bangun karena kota Baghdad semakin sesak dengan penduduk dan peradaban. Diantara bangunan-bangunan besar yang indah di kota Samarra ialah mahligai khaliah al-Mutawakkil khalifah ke-10 yang diberi nama mahligai al-Arus selanjutnya dibangun mahligai-mahligai khalifah berikutnya, al- Mukhtar dan al-Walid.
Karkah
Kota Karkh dibangun oleh khalifah al-Mansur dengan tujuan sebagai kota bayangan bagi Baghdad sebagai kota pusat pemerintahan. Kota Baghdad yang sudah penuh sesak dengan berbagai bagunan, Masjid, istana, madrasah, maktab dan bangunan fasilitas pemerintahan lainnya, maka khalifah al- Mansur memindahkan pusat-pusat perniagaan dari kota Baghdad ke kota Karkh. Perniagaan yang dominan adalah perniagaan minyak wangi, tukangtukang besi, tukang-tukang kayu, perniagaan-perniagaan pakaian dan senjata, serta perniagaan bunga, dan perniagaan alat musik.
Anhar (Hasyimah)
Kota Anhar adalah kota tua yang dibangun oleh salah seorang raja Persia yang bergelar Heraklius. Pada saat Abbasiyah, maka khalifah pertama Abu Abas assafah memperbaiki kota ini dan mengganti namanya menjadi kotaHasyimiyah. Pada saat al-Mansur menjadi khalifah kedua, dia merasa tidak aman, karena pernah mendapat ancaman dari lawan politik, maka khalifah selalu pesimis tinggal di kota ini. Selanjutnya khalifah al-Mansur merancang untuk mendirikan kota baru yang namanya Baghdad.
Bukhara dan Samarkand
Dua kota ini terdapat di wilayah paling jauh di wilayah perbatasan dengan Mongol. Sejarah berdiri dua kota ini adalah ketika Iskandar Zulkarnain diperintahkan agar membatasi hegomoni Mongol mengadakan serangan ke wilayah lain. Iskandar diutus ke wilayah ini yang sekarang dikenal dengan nama wilayah Tranxoania dan membangun Bukhara Samarkand menjadi pusat kota bagi komunitas di wilayah ini. dua kota ini masuk ke wilayah pada masa Abbasiyah berkuasa. Dua kota ini dikembangakan menjadi dua pusat peradaban besar. Di di kota ini lahir ulama-ulama seperti Imam Bukhari dan Imam Samarkandi.
Mesir
Mesir sejak dahulu kala telah berdiri beberapa kota tua yang dalam sejarah Mesir Kuno telah kita kenal beberapa kota seperi Alexanderia, Fustat dan Kahira yang sekarang dikenal dngan nama Kairo. Pada saat wilayah ini dikuasaai Abbasiyah, berdiri beberapa beberapa Universitas dan Masjid, Univesitas al-Azhar dan Masjid quatul.

Pengaruh Peradaban Islam Terhadap Dunia Barat
Ilmu pengetahuan Islam masuk dan berkembang di daratan Eropa pada awalnya di wilayah, Toledo, Cordoba dan Sevilla, kemudian mengalir ke negara-negara Barat lewat para kaum terpelajar Barat. Mereka menterjemahkan karangan buku-buku dari Islam dalam bahasa Barat. 


Bab 8
Proses Perkembangan Ilmu Pengetahuan Masa Bani Abbasiyah
Faktor Penyebab Munculnya Pemberontakan Masa Abbasiyah
Pemberontakan terjadi hampir di setiap pemerintahan termasuk pada masa pemerintahan Abbasiyah. Gambaran terjadinya pemberontakan masa Abbasiyah dapat disimpulkan dalam beberapa point berikut:
Perebutan kekuasaan
Balas dendam
Praktek perilaku amoral dari khalifah dan pembesar istana
Sistem peralihan kekusaan monarchi
Ketidakpuasan masyarakat terhadap pelayanan pemerintah
Perebutan kekuasaan dalam masa pemerintahan Abbasiyah terjadi sejak dua putra Harun al-Rasyid ditetapkan sebagai khalifah penggnti bapaknya. Apakah putra mahkota al-Amin atau adiknya al-Makmum pada satu tahun berjalan. Dalam masyarakat Islam Abbasiyah terjadi saling menjagokan masing-masing calon. Di satu pihak ada yang menjagokan al-Amin, di pihak yang lain ada juga yang menjagokan al- Makmum sebagai khalifah. Kondisi ini terjadi sampai satu tahun berjalan baru pemerintah dapat memutuskan al-Amin menjadi khalifah ke-6, selanjutnya al-Makmum menjadi khalifah ke-7 setelah al-Amin. Dalam sejarah perkembangan Bani Abbasiyah disebutkan sebagai awal perebutan kekuasaan di Bani Abbasiyah.

Faktor Penyebab Runtuhnya Bani Abbasiyah
Faktor internal
Perebutan kekuasaan berkepanjangan dalam istana Abbasiyah menimbulkan respon buruk dari masyarakat. Ditambah dengan perilaku amoral yang ditunjukkan oleh para khalifah dan pembesar istana mulai dari khalifah 10 dan seterusnya. Perebutan kekuasaan bagi sebuah kerajaan yang memakai pola pengangkatan kepemimpinan,“monarchi oriented” Adalah sebuah kenistaan, karena putra mahkota yang lebih dari satu tidak akan pernah memberi ruang bagi sesama kandidat. Dan hal itu terjadi hampir di semuah kerajaan Islam mulai dari Umayyah I, Abbasiyah, Umayyah II Andalusia, Turki Usmani, Persia dan Mughal India.
Praktek-praktek amoral yang dilakukan oleh khalifah adalah setiap akhir tahun berjalan, dengan mengadakan acara-acara seremonial di istana untuk menghibur khalifah dan para pembesar istana dengan alasan refresing. Yang terjadi adalah mendatangkan para wanita-wanita penghibur dan membeli berbagai macam minuman keras dengan berbagai merek dari negara-negara barat. Tujunnya adalah unuk menghibur para khalifah dan pembesar yang bekerja setahun penuh. Pertanyaannya adalah apakah tidak ada cara lain untuk menghibur khalifah dan para pembesar selain yang amoral tersebut?
Kenyataan dalam sejarah bahwa, acara-acara tesebut yang diprakktekan secara rutin oleh para pembesar istana. Akibatnya adalah bisa dibayangankan bahwa masyarakat benci kepada para khalifah dan pembesar. Kebencian terhadap pemerintahan Abbasiyah itu merata hampir di semuah wilayah Abbasiyah, puncak ketidaksenangan mansyarakat itu adalah banyak wilayah yang lepas dan minta merdeka dari pusat pemerintahan Abbasiyah,
Dalam sejarah Islam kondisi ini disebut masa disintegrasi. Kondisi ini puncaknya terjadi pada abad ke X M, sehingga ketika terjadi Perang Salib pertama abad ke X umat Islam tidak dapat menahan serangan pasukan Salib dan kalah dalam perang.
Faktor eksternal
Wilayah Abbasiyah yang terlalu luas
Luasnya wilayah Abbasiyah menyebabkan banyak wilayah yang secara geografis jauh dari pusat pemerintahan Bagdad tidak dipantau dan dibina secara intensif oleh pemerintah Abbasiyah. Luasnya wilayah juga menyebabkan pemerintah tidak adil dalam memberikan hak wilayah bagian dari baitul maal untuk pembangunan infrastruktur berupa bangunan fisik, seperti irigasi, jalan raya, jembatan penghubung kota dan sarana pendidikan. Sementara kewajiban wilayah-wilayah bagian harus disampaikan secara rutin ke baitul maal (kas negara). Akibatnya banyak wilayah bagian yang lepas dan minta merdeka dari Abbasiyah, seperi Touland dan Fatimiyah di Mesir, Sabaktakim di wilayah Persia, Idrisi dan Thohiriyah di Maroko. Masa ini disebut masa disintegrasi Abbasiyah.
Perang Salib
Perang salib berlangsung selama kurang lebih 200 tahun (1096-1287M). Perang salib berlangsung di wilayah yang merupakan pusat-pusat perkembangan Islam, di mana banyak fasilitas pendidikan dan fasilitas umum yang rusak, seperti sekolah, masjid, istana dan lembaga-lembaga pemerintah atau umum yang rusak. Selain itu banyak masyarakat yang ikut korban akibat dari perang yang berlangsung selama kurang lebih 200 tahun, baik itu dari pihak nasrani maupun dari pihak Islam.
Serangan Tentara Mongol
Penyerangan Mongol dilakukan mulai tahun 1220M oleh penguasa Timur
Leng, Jengis Khan. Penyerangan di mulai dari dua pusat peradaban Abbasiyah di wilayah Tranxiaonia, Bukhara dan Samarkan. Selanjutnya penyerangannya dilanjutkan ke daerah Abbasiyah lainnya, Tajekistan, Turkistan, Armenia daerah sampai ke Anatonia. Terakhir tahun 1258 M penyerangan diarahkan ke pusat kekuasaan Abbasiyah; mulai dari Syiria, Kufah, Jaffa, Hira, Anhar, Damaskus dan kota Baghdad sebagai pusat kekuasaan Abbasiyah tahun 1258M dengan cara kota Baghdad dibakar dan dibumihanguskan.
Berdirinya Turki Usmani
Berdiri kerajaan Turki Usmani tahun 1292M dengan membawa misi untuk menyelamatkan wilayah-wilayah Abbasiyah yang telah dihancurkan pasukan Mongol ternyata dalam kenyataannya justru ikut memperparah kehancuran Abbasiyah di wilayah-wilayah Abbasiyah yang berdekatan dengan berdirinya Turki Usmani yaitu justru terjadi perang terbuka yang menyebabkan tambah parah kekuasaan Abbasiyah.

Comments

Post a Comment

Pembahasan Kisi-Kisi IPA Kelas VII Semester Genap TA 2018/2019

Makalah Pendidikan Karakter

Pendidikan Karakter Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas individu   pada mata kuliah “Psikologi Pendidikan” Dosen Pengampu : Dr. Hj. Sururin, M.Ag. Disusun oleh : Muhammad Fahmi Dzajuli      (11150110000032) SEMESTER III JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016 BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Pendidikan karakter bukanlah pendidikan yang berbasis hafalan. Pendidikan karakter merupakan pendidikan perilaku yang terbentuk dari kebiasaan dan keteladanan para pendidik, orang tua, para pemimpin, dan masyarakat yang merupakan lingkungan luas bagi pengembangan karakter anak. Sekolah adalah lembaga yang memikul beban untuk melaksanakan pendidikan karakter. Dalam UU Sistem Pendidikan Nasional tahun   2003 pasal 1 dinyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian, dan akhlak mulia. Pend

Kata Kerja Operasional (KKO) Revisi Taksonomi Bloom

KATA KERJA OPERASIONAL (KKO) REVISI TAKSONOMI BLOOM 1A)     RanahKognitif (Anderson, L.W. dan Krathwohl, D.R. : 2001) Taksonomi Bloom Lama C1 (Pengrtahuan) C2 (Pemahaman) C3 (Aplikasi) C4 (Analisis) C5 (Sintesis) C6 (Evaluasi) Taksonomi Bloom Revisi C1 (Mengingat) C2 (Memahami) C3 (Mengaplikasikan) C4 (Menganalisis) C5 (Mengevaluasi) C6 (Mencipta) Mengingat (remember) Memahami (Understad) Mengaplikasikan Apply) Menganalisis (Analyze) Mengevaluasi (Evaluate) Mencipta (Create) Mengutip Menebitkan Menjelaskan Memasagkan Membaca Menamai Meninjau Mentabulasi Memberikode Menulis Menytakan Menunjukkan Mendaftar Menggambar Membilang Mengidentifikasi Menghafal Mencatat Meniru Memperkirakan Menceritajan Merinci Megubah

Pembahasan Kisi-Kisi IPA Kelas VII Semester Genap

PEMBAHASAN PENILAIAN AKHIR TAHUN MADRASAH TSANAWIYAH TINGKAT PROVINSI JAWA BARAT Tahun Pelajaran            : 2018/2019 Mata Pelajaran            : IPA Kelas/Semester             : VII/Genap Alokasi Waktu            : 120 Menit Jumlah Soal                  : 40 Soal (35 Soal pilihan ganda, 5 soal uraian) Pembahas                    : Muhammad Fahmi Dzajuli Website                       : muhammadfahmidzajuli.blogspot.com Catatan : Pembahasan ini dibuat berdasarkan dari Kisi-Kisi PAT MTs Tingkat Provinsi Jawa Barat. بِسْÙ…ِ اللَّÙ‡ِ الرَّØ­ْÙ…َÙ†ِ الرَّØ­ِيمِ No Soal Indikator Soal dan Pembahasan 1 Menunjukkan organisme dari tingkat terkecil secara berurutan. Jawab: Sel – Jaringan – Organ – Sistem Organ – Individu. 2 Bagian sel tumbuhan yang berfungsi sebagai tempat menyimpan cadangan makanan. Jawab: Vakuola 3 Membedakan jaringan yang dimiliki hewan dan tumbuhan. Jawab: Ja

Daftar Nilai PTS IPA Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2019/2020 Madrasah Tsanawiyah Al-Husna Depok

Daftar Nilai PTS IPA Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2019/2020 Madrasah Tsanawiyah Al-Husna Silahkan klik disini

Makalah Poligami, Perjanjian Perkawinan dan Kawin Hamil

Poligami, Perjanjian Perkawinan dan Kawin Hamil Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok dan akan dipresentasikan pada mata kuliah “Fiqih Munakahat dan Mawaris”   Dosen Pengampu : Hj. Marhamah Saleh, Lc. MA Disusun oleh : Muhammad Fahmi Dzajuli               (11150110000032) M. Rifqi Hamzah Herlambang           (11150110000111) Mara Cindy Dianantifa                      (11150110000138) SEMESTER III JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016 BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Berbicara tentang poligami, merupakan polemik tersendiri bagi umat muslim di seluruh dunia. Bahkan hal ini tidak jarang menjadi sorotan bagi ulama-ulama, para fuqoha, dan sebagainya. Seyogyanya mereka telah mengetahui bahwa poligami juga salah satu syari’at yang diajarkan di dalam Islam, dan telah dipaparkan di dalam ilmu fiqh dan ushul fi

Kisah Lucu : Ketika Sayyidina Umar bin Khattab dibuat Geram oleh Amr bin Ash

Ada hadits Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam... "Barangsiapa yang taat kepadaku berarti dia taat kepada Allah. Dan barangsiapa durhaka kepadaku berarti dia durhaka kepada Allah. Barangsiapa yang taat kepada pemimpin yang aku tunjuk maka dia taat kepadaku. Dan barangsiapa yang durhaka kepada pemimpin yang aku tunjuk berarti dia durhaka kepadaku". Terkait hadits di atas, ada kisah yang menarik di zaman sahabat Begini kisahnya... Seorang sahabat Nabi bernama Amr bin Ash radiyallahu’anhu. Beliau ini dulu musuh Islam. Setelah beliau masuk Islam tiga bulan, kemudian Nabi shalallahu’alaihi wasallam membentuk pasukan untuk menyerang salah satu suku besar arab yang memang dasarnya mau menyerang madinah. Amr bin Ash baru masuk Islam tiga bulan, oleh Nabi shalallhu’alaihi wasallam langsung ditunjuk jadi pemimpin pasukan. Dan di dalam pasukan itu ada Abu Bakar, ada Umar bin Khattab, ada Utsman bin Affan, ada Ali bin Abi Thalib, ada Zubai bin Awwam dan Sahabat mulia lainnya.

KISI-KISI PTS IPA KELAS 7 SEMESTER 1

Isian 1. Ditunjukkan tabel yang terdiri dari besaran, satuan dan alat ukur. Peserta didik dapat menentukan pasangan besaran, satuan dan alat ukur yang benar. 2. Peserta didik dapat mengetahui disebut apakah pengukuran besaran yang jika diulang pengukurannya oleh orang lain hasilnya tidak sama. 3. Peserta didik dapat mengetahui ketelitian alat ukur waktu (jam, stopwatch). 4. Disebutkan beberapa alat ukur. Peserta didik dapat menentukan alat ukur tersebut termasuk alat ukur untuk mengukur apa. 5. Peserta didik dapat menganalisis. Jika ada permasalahan seseorang melakukan kegiatan pengukuran dengan menggunakan alat ukur (depa, hasta, tali) pasti terjadi perbedaan hasil pengukuran. Mengapa hal ini dapat terjadi dan disebut apakah satuan tersebut. 6. Disajikan gambar stopwatch. Peserta didik dapat menentukan waktu yang ditunjukkan oleh stopwatch. 7. Disajikan sebuah gambar neraca. Peserta didik diminta untuk menentukan besar massa benda yang diminta. (cara : massa benda-(beban

Materi Perkuliahan Pengembangan Kurikulum

MATERI PERKULIAHAN 1.       Kurikulum dalam Pendidikan a.       Kurikulum dalam UU UU No. 20   tahun 2003 pasal 1 ayat 9 : “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang di gunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan”. b.       Kurikulum sebagai Mata Pelajaran Kurikulum sebagai mata pelajaran pada hakikatnya adalah kurikulum yang berisikan bidang studi. Sejumlah mata pelajaran yang harus di tempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan. c.        Kurikulum sebagai Rencana Kurikulum harus di susun sedemikian rupa agar tujuannya dapat tercapai. Semua kesempatan dan kegiatan yang akan dan perlu dilakukan oleh siswa direncanakan dalam suatu kurikulum. d.       Kurikulum sebagai Hasil Belajar Kurikulum sebagai hasil belajar menunjukkan pergeseran kurikulum dari sebagai alat menjadi tujuan. Ini berarti bahwa kurikulum ide

Tugas IPA KBM di Rumah

TUGAS IPA KELAS 7 DAN 8 Bagi siswa/i kelas 7 Silahkan klik disini Bagi siswa/i kelas 8 Silahkan klik disini