Syair Rasa Cinta Orang Tua kepada Anak
Pada kali ini admin akan menuliskan beberapa syair yang admin baca dalam kitab Tarbiyatul aulad fil Islam yang ditulis oleh Dr. Abdullah Nasih Ulwan.
1. Pertama kita mulai dari syair yang disampaikan oleh Umayyah bin Abish Shilat tentang anaknya yang pembangkang. Berikut syair beliau :
Aku telah meberimu makan ketika engkau dilahirkan.
Aku telah mencukupkan belanjamu ketika engkau menginjak dewasa.
Dan engkau telah menikmati apa yang aku petikkan untukmu.
Jika suatu malam datang penyakit menyerangmu.
Tak pernah aku bermalam karena sakitmu itu.
Kecuali aku berjaga semalam suntuk sambil gelisah.
Seakan akan aku merasakan sendiri penderitaan yang engkau alami.
Sehingga air mataku jatuh berlinang.
Jiwaku merasa cemas bila kematian datang merenggutmu.
Sedangkan ia mengetahui bahwa kematian itu pasti datang.
Namun, ketika engkau telah dewasa.
Banyak tujuan yang telah engkau capai.
Ternyata engkau bukanlah orang yang pernah aku harapkan.
Telah kau balas jasaku dengan kekerasan dan kekerasan.
Seakan-akan engkau lah yang memberi nikmat dan keutamaan itu.
Andaikata engkau tidak dapat memelihara hak kebapaanku.
Baiklah engkau dapat memperlakukanku seperti tetangga dekat.
Atau, memperlakukan aku seperti mempunyai hak tetangga.
Engkau tidak bakhil kepadaku dengan harta yang bukan hartamu.
2. Kedua kita bahas syair dari Abu Bakar Ath-Tharthusi tentang perasaan kedua orang tua ketika berpisah dengan anaknya. Berikut syair beliau :
Andaikata sang anak mengetahui beban yang telah diderita.
Oleh kedua orang tua ketika berpisah dengannya.
Seorang ibu yang bergejolak karena cintanya.
Dan seorang bapak yang mencucurkan air mata karena kekasihnya.
Keduanya menelan beban derita atas kematian anaknya.
Dan tersingkap kerinduan-kerinduan.
Yang mereka sembunyikan terhadap anaknya.
Niscaya ia akan meratapi sang ibu yang sesak nafas karena penyakit paru-paru.
Niscaya ia akan menangisi sang bapak yang pergi tak tentu arah untuk mencarinya.
Niscaya ia akan menggantikan kecongkakan dengan kasih sayangnya.
Dan membalas mereka dengan kasih sayangnya.
3. Ketiga, ada syair tentang perasaan yang menyelimuti seorang bapak yang tak mampu lagi berjuang untuk mewujudkan cita-citanya. Berikut syairnya:
Kehidupan telah menambah cintaku kepada putri-putriku.
Mereka adalah orang-orang lemah.
Aku taku.
Bila aku telah tiada nanti.
Mereka akan jatuh miskin.
Dan meminum air keruh.
Mereka akan telanjang tanpa busana.
Sedangkan budak-budak belian memakai baju.
Sehingga banjirlah air mata dari wanita-wanita lemah dan kurus.
Sekiranya tidak karena itu.
Niscaya aku telah menawarkan kemahiranku.
Cukuplah bagi orang-orang lemah.
Untuk berlindung kepada Yang Maha Pengasih.
Orang yang ada disekitar kita.
Bila engkau pergi dari kami.
Dan setelah kepergianmu maka manusia berada dalam perselisihan.
Dari semua ini, kita dapat mengetahui perasaan kasih sayang terhadap anak-anak yang ditanamkan Allah didalam hati kedua orang tua. Semua itu tidak lain untuk memberikan dorongan ruh di dalam mendidik, memelihara dan memperhatikan kemaslahatan mereka.
Comments
Post a Comment